Posted in Books, Fantasy, Gramedia Pustaka Utama, Horror, Jonathan Stroud

The Hollow Boy Review


***

Blurb:

Hantu di loteng? Arwah gentayangan di kamar? Jangan takut––ada Lockwood & Co.!

Anthony penuh pesona, George banyak akal, dan Lucy dinamis, sementara si tengkorak rajin melontarkan komentar-komentar sinis. Setelah Anthony buka-bukaan tentang masa kecilnya, suasana di antara mereka jadi lebih cair, dan Lucy semakin betah di Portland Row. Karena itu ia terkejut ketika George memperkenalkannya pada Holly Munro, asisten baru yang super efisien dan terlalu lincah sehingga menyebalkan.

Sementara itu, mereka menerima banyak laporan tentang penampakan, termasuk jejak kaki berdarah dan anak laki-laki berkilau di rumah tua. Namun, hantu sepertinya bukan masalah terbesar, sebab ada pembunuh yang berusaha melenyapkan Fittes dan Rotwell.

Berbagai kengerian menanti mereka–dan, menunggu di pusat segala kekacauan itu, ada makhluk gaib yang sangat menakutkan. Mampukah Anthony dan rekan-rekannya menyisihkan masalah pribadi di antara mereka untuk menyelesaikan berbagai kasus?

My Review

Tidak lama setelah buku ini dilepas segelnya, kakak saya bilang, “haduh, seremnya cover-nya”, dan saya dengan pede-nya menyahut, “oh ini tidak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan cover buku pertama”. Etapi setelah saya buka cover dibaliknya … oooowh, ahahaha … jleb, langsung saya tutup lagi. Haduh, maafkan saya karena meremehkan keseramanmu, Nak. *sungkemsamacover*.

Lanjutan dari Tengkorak Berbisik. Senang sekali bisa membaca petualangan Lockwood lagi. Kasus apa yang mereka hadapi kali ini? Well, belum apa-apa, kasus yang dihadapi Lucy dan kawan-kawan sudah membuat jantung berdebar. Mereka harus berjuang mati-matian membasmi hantu penuh dendam. Hantunya ada di penginapan tua yang dikelola oleh sepasang manula jahat.

Sementara itu, ada wabah hantu besar-besaran yang terjadi di Chelsea. Agen-agen lain dipanggil untuk menyelidiki Sumber kekacauan di bawah komando Inspektur Barnes. Namun seperti biasa, George dan teman-temannya diabaikan oleh DEPRAC. Para agen Lockwood & Co. harus puas hanya dengan menyelesaikan kasus-kasus biasa dari warga sekitar.

Meskipun begitu, wabah massal tersebut membuat Lockwood dan teman-temannya akhirnya kewalahan menghadapi permintaan kasus yang terus berdatangan. Mereka memutuskan merekrut anggota baru, Holly Monru, cewek dengan penampilan sempurna yang membuat Lucy dongkol. Yang sedikit menghibur Lucy adalah Holly hanya berperan sebagai asisten, bukan agen. Setidaknya untuk sementara.

Sampai akhirnya ada kasus rumit untuk Lucy dan kawan-kawan. Seorang perempuan kaya meminta mereka menyelidiki jejak berdarah di tangga. Awalnya jejak itu diabaikan saja oleh si pemilik rumah, tapi lama-kelamaan kasus tersebut berujung petaka. Mau tidak mau si wanita kaya akhirnya meminta bantuan para agen.

Yah, bayangkan saja ada tangga yang menjulang tinggi dari lantai dasar ke atas, terus ada jejak berdarah yang terbentuk sendiri. Kemudian ada dua sosok berasap kejar-kejaran di tangga. Disusul oleh jeritan menyeramkan dan bunyi memuakkan sesuatu yang jatuh dari ketinggian. Jangan lupakan rasa dingin tidak mengenakkan dan sensasi mati rasa. Oh ya satu lagi, ada penampakan anak laki-laki pucat yang mengerikan kalau kita terpilih untuk ditemui olehnya. Nah lengkap sudah. Apakah Lockwood dan teman-teman bisa mengatasinya? Tentu saja bisa. Tapi bagaimana caranya? Silakan dibaca sendiri.

Karena kasus tersebut Lockwood dan Co. akhirnya punya akses ke kasus wabah hantu massal lewat rekomendasi si wanita kaya. Pertama-tama sebagai ucapan terima kasih, si wanita kaya mengundang mereka untuk menghadiri parade yang bertujuan untuk menenangkan masyarakat yang mulai rusuh karena wabah hantu massal yang tidak kunjung berakhir. Namun, sayangnya, parade tersebut juga berujung kekacauan. Ada orang-orang yang ingin membunuh Fittes dan Rotwell.

Oke lupakan kasus rencana pembunuhan dua pemimpin agensi top itu untuk sementara. Kita beralih ke George yang dengan kecerdikannya berhasil memecahkan lokasi Sumber dari wabah hantu massal.

Sayangnya, tidak ada yang percaya kecuali Kipps dan teman-temannya. Iya Kipps yang menyebalkan itu. Kok bisa ya? Hmmm, silakan cari tahu sendiri XD

Lockwood dan Kipps, untuk sementara, sepakat menyingkirkan masalah pribadi masing-masing dan bersatu untuk mendatangi lokasi yang dicurigai sebagai Sumber wabah. Di sana, mereka harus berurusan dengan makhluk gaib super pemarah yang gemar memporak-porandakan apa saja.

Seakan belum cukup, Lucy menemukan satu lagi makhluk gaib yang sangat menyeramkan, sangat berbahaya, yang terseok-seok dengan gigih, memanggil-manggil dari dalam kegelapan.

Oke, petualangan Lockwood kali ini seru seperti biasa. Meskipun belum bisa mengalahkan sensasi seram yang dihasilkan seperti setelah saya membaca Undakan Menjerit, tapi kali ini seramnya lumayan membuat saya bergidik. Di mulai dari cover-nya yang aduhai ngerinya dan hantu di tangga yang sedikit banyak mengingatkan saya dengan hantu di undakan.

Puncaknya adalah makhluk gaib pamungkas yang terakhir itu. Deskripsinya itu, detail sekali, membuat saya jadi terbayang-bayang terus. Deskripsinya agak mirip dengan hantu lokal di Indonesia, hahhah.

Di sini, sepertinya baik Lockwood, Lucy maupun George, tampak semakin hebat. Lockwood semakin keren dan tangkas. Kemampuan daya dengar dan daya sentuh Lucy sangat mengalami peningkatan. Dan George berhasil memecahkan misteri yang DEPRAC sekalipun tidak bisa melakukannya.

Sayangnya, ada masalah baru dengan hadirnya Holly Munro. Tipikal gadis yang membuat gadis lain jengkel karena penampilannya yang selalu tampak sempurna.

Belum lagi kemampuan Lucy yang terus meningkat dan membuatnya gatal ingin mempraktekkan bakat tersebut dengan melanggar peraturan penting yang harus dipatuhi oleh seorang agen. Bibit perpecahan mulai tumbuh di Portland Row. Ujung-ujungnya adalah cliffhanger  menyebalkan yang terjadi di ending.

Kasus rencana pembunuhan dua pemimpin agensi besar di atas juga menjanjikan misteri yang seru, Jadi tidak sabar menunggu buku berikutnya terbit . Belum lagi jejak mencurigakan yang ditemukan oleh George dan kawan-kawan diakhir kasus wabah massal. Tampaknya selain orang mati, para agen kita juga harus menghadapi orang-orang hidup yang jahat.

Kemudian saya terkesan sekali dengan kerendahan hati atau apalah namanya itu, yang ditunjukkan baik oleh Lockwood maupun Kipps, yang sanggup menyingkirkan perang dingin mereka untuk sementara, untuk bersama-sama berjuang menyelamatkan London.

Saya juga terkesan dengan kepintaran George. Luar biasa sekali ilmu risetnya. Dia berhasil memecahkan masalah yang rumit dengan teori-teori tidak biasanya yang terbukti benar.

Terakhir saya juga terkesan dengan bakat bawaan Lucy. Bakat yang langka, wajar kalau Lucy ingin mengasahnya terus sampai terkadang lupa akan bahayanya.

Terus, seperti biasa, selain seram, kisah Lockwood dan kawan-kawan juga kocak. Selera humor si tengkorak masih jadi favorit saya. Itu tengkorak pede-nya maksimal ya. Kurang lebih sama seperti Lockwood, membuat saya semakin sayang saja, *eeh*. Saya masih penasaran sama si tengkorak, sebenarnya siapa sih dia? Apakah dia sebenarnya baik atau jahat?

Ngomong-ngomong, ada Indonesia loh disebut-sebut di buku ini. Senangnyaaaa.

At last, selalu 5 bintang untuk Lockwood dan kawan-kawan. It was amazing, always 🙂

***

Title: The Hollow Boy – Pemuda Berongga | Author: Jonathan Stroud | Edition languange: Indonesian | Publisher: Gramedia Pustaka Utama | First published: Jakarta, August 2016 | Alih bahasa: Poppy D. Chusfani |  Page: 440 pages | Status: Owned book |  Date purchased: September, 6th 2016 | Purchase location: Online @ Hobby Buku Shop | My rating: 5 of 5 stars

Author:

Love book and wanna study abroad to Holland

One thought on “The Hollow Boy Review

Leave a comment