Posted in Books, BukuKatta, Classic, F. Scott Fitzgerald, Short Stories

The Curious Case of Benjamin Button Review

 the curious case of benjamin button by fitzgerald uploaded by irabooklover

Ini cerita memang aneh. Sebelum kita cek apa anehnya, silakan dibaca dulu contekan sinopsis dari cover belakang buku berikut 😀

Sinopsis:

Hildegarde melambai-lambaikan bendera sutra besar, menyapanya di teras. Saat Benjamin menciumnya, ia merasa dengan kedalaman hati bahwa tiga tahun sudah diambil dari mereka. Dia adalah seorang wanita yang empat puluh tahun sekarang. Dengan samar, tampak pertempuran garis uban di kepalanya. Pemandangan itu membuat Benjamin tertekan.

Sampai di kamarnya, ia melihat bayangan yang dikenalnya di cermin. Ia pergi mendekat dan memeriksa wajahnya sendiri dengan kecemasan. Membandingkannya dengan foto dirinya berseragam yang diambil sebelum perang.

“Ya, Tuhan!” katanya keras. Proses ini terus, tidak bisa diragukan lagi. Sekarang ia tampak seperti orang berusia tiga puluh tahun. Bukannya senang, ia malah merasa gelisah. Ia tumbuh muda. Hingga kini ia berharap tubuhnya bisa terlihat setara dengan umurnya. Ini fenomena mengerikan yang ditandai kelahirannya sedang akan berhenti berfungsi. Dia bergidik. Takdirnya sangat luar biasa mengerikan.

Untuk menambah ketidakberdayaannya, ia menyadari bahwa abad baru semakin dekat, kehausan akan kesenangan semakin kuat. Tak pernah sebuah acara apa pun di kota Baltimore dilewatkannya. Berdansa dengan wanita muda tercantik yang sudah menikah, mengobrol dengan debutan terpopuler, dan menjalankan perusahaan dengan penuh pesona. Sementara, istrinya tampak seperti seorang janda culas. Duduk diantara pengantarnya, menjadi angkuh karena penolakan. Sekarang mengikutinya dengan serius, bingung, dan mata mencela.

“Lihat!” orang akan berkomentar. “Sayang sekali, seorang pemuda seusia itu terikat pada seorang perempuan empat puluh lima tahun. Ia harus dua puluh tahun lebih muda dari istrinya.”

Mereka sudah lupa, sebagian orang-orang pasti lupa, yang mestinya ingat kembali pada kejadian tahun 1880. Semua orang juga berkomentar sama tentang hal ini, pasangan sakit yang cocok.

Hmmm…Benjamin Button, alih-alih tumbuh menjadi tua, malah tumbuh menjadi semakin muda. Wow, kedengarannya menyenangkan ya? Well, ternyata menurut kisah ini, tidak menyenangkan sama sekali, mengerikan malah.

Bayangkan saja ketika kita ingin melihat anak pertama kita yang baru dilahirkan (dalam bayangan kita sih pastinya bayi yang imut-imut) tapi yang ada di box bayi malah kakek-kakek usia 70 tahun. Terus kakek-kakek itu memanggil kita ayah lagi. Huaahhh,,, setidaknya itulah yang terjadi dengan ayah Benjamin Button.

Lalu bagaimana dengan istri dan anaknya? Mereka sama-sama mengabaikan keanehan Benjamin karena memang tidak ada yang bisa dilakukan. Kita memang tidak bisa menghentikan proses pertumbuhan, bahkan kalau pertumbuhan itu terbalik sekalipun. Akhirnya pun tetap sama saja. Kalau kita kembali “tidak berdaya” seperti anak-anak saat sudah berusia lanjut, maka Benjamin Button juga “tidak berdaya” saat semakin muda ketika dia akhirnya berakhir sebagai bayi.

Cerita yang unik. Saya jadi merasa merinding bagaimana gitu kalau mengingat bagaimana waktu terus berjalan tidak peduli apakah kita semakin tua atau semakin muda seperti Benjamin Button.  Bagaimana kita mau tidak mau meninggalkan masa kejayaan kita jauh di belakang dan mempersiapkan diri untuk akhir yang tidak terelakkan di masa depan.

Karena mood saya sedang baik saat membaca buku ini, jadi saya tidak terlalu bermasalah dengan terjemahannya yang sepertinya — menurut teman-teman reviewer lain — sedikit bermasalah. Dan jujur saya tidak tahu menahu tentang bagus atau tidaknya sebuah terjemahan kalau belum membaca karya aslinya. Kalau sudah begitu untuk sementara saya anggap otak saya saja yang tidak sanggup mencerna isi sebuah karya sastra dengan bahasa yang kompleks 😀

Ngomong-ngomong kisah Benjamin Button ini sudah ada filmnya ya ternyata. Penasaran sih pengen nonton tapi saya sering galau sendiri kalau menonton kisah tentang kemunduran karena usia seperti ini.

Ngomong-ngomong lagi di buku ini juga ada tiga bonus kisah. Jemina, Tuan Icky, dan Porselin dan Merah Muda. Ketika membaca Jemina, oke, saya masih bisa mengerti kisahnya. Lanjut membaca Tuan Icky, oke, sudah mulai lost, tapi sedikit banyak, saya masih cukup mengerti kisah yang diceritakan dengan gaya drama ini.  Lanjut Kisah Porselin dan Merah Muda, oke, bahkan mood membaca saya yang sedang baik-baiknya pun tidak sanggup membuat saya mengerti apa sebenarnya yang diceritakan oleh kisah ini. Mungkin saya seharusnya rehat sejenak sebelum membaca ketiga kisah tersebut.

At last, 3 dari 5 bintang untuk The Curious Case of Benjamin Button. Untuk ceritanya yang unik dan cukup membuat saya galau. So, I liked it.

***

Judul: The Curious Case of Benjamin Button – Kisah Aneh Benjamin Button | Pengarang:  F. Scott Fitzgerald | Edisi bahasa: Indonesia | Penerbit: BukuKatta (Cetakan pertama, Solo, 2010) | 1st Published: 1922| Jumlah halaman: 96 halaman | Status: Owned book (Menang GA SoT 1st Anniversary| Rating saya: 3 of 5 stars

 

Author:

Love book and wanna study abroad to Holland

2 thoughts on “The Curious Case of Benjamin Button Review

Leave a comment