Posted in Family, Noura Books, Rizka Amalia, Romance

Mooncake Review

***

Hmmm…kisah tentang seorang anak yang merasa tidak disayang oleh orang tuanya. Oke lah, sebelum saya cuap-cuap panjang lebar, sila dibaca dulu blurbnya.

Blurb:

“Tidak semua orang mampu menyatakan cinta dengan perhatian, An.”

An selalu terganggu dengan sikap ayahnya yang seolah membencinya. Apa gara-gara An disleksia? Sampai kapan kebencian itu akan bertahan?

Padahal sebentar lagi adalah hari ulang tahunnya. An berencana merayakannya di Kuala Lumpur, saat festival kue bulan berlangsung. Rasanya itu adalah waktu yang sempurna untuk memohon keajaiban, mendapatkan keutuhan. Utuh seperti kue bulan yang bulat. Seperti rasanya yang manis. Meskipun An tahu dia hanya punya sedikit waktu …  sebelum Putri Bulan dan bulan purnama tak terlihat lagi, selama lampion harapan masih melayang di langit berbintang.

My Review:

Saya setuju sekali dengan kutipan yang ada di blurb di atas. Tidak semua orang mampu menyatakan cinta dengan perhatian. Setelah membaca bukunya, saya berhasil menemukan kutipan ini di halaman 215. Kalimat lengkapnya ternyata seperti ini:

“Enggak semua orang bisa menyatakan cinta dengan perhatian dan memanjakan kita, An.”

(Mooncake, hlm. 215)

Sekali lagi saya setuju. Lebih karena saya juga bukan orang yang bisa menyatakan cinta dengan perhatian dan memanjakan orang yang saya sayangi, huehehehe.

Tapi meskipun saya tidak bisa, apakah itu berarti saya tidak menyanyangi mereka? Tidak. Saya amat sangat menyayangi mereka. I love you full lah bahasa kerennya. Dan untunglah kami semua sekeluarga sepemikiran (kecuali satu orang sebetulnya, ehm). Menurut kami, perhatian dan dimanja itu menjadikan cinta itu menjadi terkesan dibuat-dibuat. Kami masih punya cara lain untuk menyatakan cinta.

Tapi itu menurut kami lo yah, satu orang pengecualian yang saya sebut tadi jelas tidak berpikiran seperti itu. Begitu juga dengan jutaan orang lainnya yang ada di luar sana. Jadi intinya, yaaa, bisa-bisa kita saja lah memahaminya. Kita tidak bisa mengharuskan seseorang untuk menyatakan cinta sesuai dengan aturan yang kita buat kan? Meskipun orang itu adalah keluarga kita sendiri.

So, ide cerita Mooncake ini keren kalau menurut saya. Apalagi ditambah dengan latar belakang festival kue bulannya. Bisa menambah pengetahuan. Hanya saja saya … errr … merasa kurang seru membacanya. Karena alasan apa saya juga kurang tahu. Pokoknya kurang seru aja gitu, hahhah, *kena keplak*.

Lucunya, saya jadi mengkhayal bagaimana kalau orang tua saya menyatakan cinta menurut apa yang An tuntut kepada ayahnya. Saya pasti bakalan bengong dan berkata, “Kalian siapa? Tolong kembalikan orang tua saya yang asli”, wkwkwk.

Sikap kedua orang tua saya dalam menyatakan kasih sayang kepada anak-anaknya sangat berbeda dengan definisi An. Saya rasa kalau An yang jadi anak mereka, An juga akan merasa tidak disayang. Tapi saya dan saudara-saudara saya tahu kalau orang tua kami sangat menyayangi kami. Kami tidak butuh orang tua kami membangga-banggakan kami di depan orang lain. Kalau ortu kami melakukan itu, kami malah menganggap ortu kami sombong dan tidak memikirkan perasaan ortu orang lain. Kami juga tidak marah kalau ortu kami membanding-bandingkan kami dengan anak orang lain, kami malah menganggap itu sebagai tantangan untuk bisa meraih prestasi yang setara atau malah lebih daripada anak tetangga supaya ortu senang dan kehabisan bahan perbandingan, huehehehe.

Saya juga teringat saat saya nge-kost di luar kota waktu kuliah dulu. Ibu teman kamar sebelah selalu datang mengunjungi anaknya setidaknya satu bulan sekali. Dan setiap kami bertegur sapa, si ibu selalu mencari ibu saya dan menanyakan kapan ibu saya juga menjenguk saya. Saya cuma bisa jawab, mungkin sebentar lagi, hahhah. Padahal sebenarnya, ibu saya tidak pernah menjenguk saya.

Nah, kalau saya jadi An, saya pasti bakalan ngambek sama ibu saya, minta dijenguk juga. Tapi saya berpikirnya kasihan ibu capek harus bolak-balik naik angkutan umum selama kurang lebih 4 jam. Saya baik-baik saja di sana dan tidak menuntut perhatian berlebih dari ibu dalam bentuk kunjungan rutin. Saya bahkan bangga, kalau ibu jarang datang menjenguk, itu artinya ibu percaya kalau saya bisa menjaga diri dengan baik di kota orang.

Tapi ya kembali lagi sih, setiap orang beda-beda. Nggak ada yang salah. Meskipun saya kuatir kalau ibu capek, saya juga pasti bakalan senang kalau misalnya ibu rutin datang menjenguk.

Dan kenapa saya malah jadi curcol yak, hohoho.

Oh ya, ilustasinya keren. Dan di bab-bab terakhir, ilustrasinya berwarna. Cantik sekali.

Ngomong-ngomong, Mooncake adalah salah satu buku dari seri Festival. Buku-buku yang tergabung di dalam Festival series juga diperkenalkan di halaman-halaman terakhir dari buku ini. Jadi penasaran pengen baca mereka semua.

At last, meskipun tadi saya merasanya kisah An kurang seru. Tapi saya suka dengan efek merenung yang berhasil ditimbulkan oleh kisah ini kepada saya. So, 3 dari 5 bintang ya, I liked it.

***

Judul: Mooncake | Seri: Festival | Pengarang: Rizka Amalia | Penerbit: Noura Books | Edisi: Bahasa Indonesia, Cetakan I, September 2014, 243 halaman | Rating saya: 3 dari 5 bintang

Author:

Love book and wanna study abroad to Holland

2 thoughts on “Mooncake Review

Leave a comment