Posted in Non Review

Majalah Pecinta Buku

Majalah Pecinta Buku

 photo 05865-banner2bposbar2b2016_zpswx291h9a.jpg
EDITORIAL

#BBIValentinesDay

#BBIValentinesDay adalah hashtag untuk posting bareng BBI bulan ini. Sayangnya, si empunya blog ini tidak pernah merayakan hari valentine. Kasihanilah Dia!

(BUNGSU, NGAKAK: “Beri hashtag #jomblomerana)

Maka sebagai saudari-saudari yang baik hati dan tidak sombong, kami memutuskan untuk membantunya dalam posting bareng bulan ini. Kami, akan menyumbang (memakai nama samaran kami masing-masing) setidaknya, beberapa patah kata supaya dia tidak patah hati.

Berbicara tentang #BBIValentinesDay, yang pertama muncul di pikiran kami adalah segala sesuatu tentang buku romance. Sayangnya, kami akui, koleksi buku romance keluarga kami tidak banyak. Hanya editor dan Bungsu yang suka membaca romance. Ira sendiri, sebagai pejabat pengadaan buku di rumah, kurang suka membeli/membaca romance karena dia gampang baper.

(CILI, DENGAH HIKMAT: “Aku sering memergoki dia menangis sendiri saat membaca buku romance”)

(IRA, NANGIS DIPOJOKAN: “Seharusnya aku tidak meminta Komandan Mama untuk menjadi editor”)

Namun, editor rasa, kisah cinta tidak hanya ada di buku romance, tapi juga ada di buku-buku lain, bahkan di buku horror sekalipun.

(BUNGSU, DENGAN TERHARU: “Editor pintar sekali ngeles”)

Oleh karena itulah, kami memutuskan untuk membuat post ini. Formatnya, kami contek dari Majalah Kita yang ada di buku The Golden Road karya L.M. Montgomery. Sebuah buku klasik yang menceritakan tentang indahnya masa kanak-kanak.

Kalau saja dulu kami membaca buku ini saat masih kecil, kami mungkin akan bermain Majalah Kita juga. Sayang, jalan keemasan itu sudah lama lewat. Meskipun begitu, kami rasa, kami masih bisa memainkan permainan ini, hitung-hitung sekalian mengenang masa kecil kami yang indah, yang tentu saja, demi kepentingan postingan ini, harus berkaitan dengan buku dan juga cinta.

 Dengan postingan ini, meminjam kata-kata Beverley King, Majalah Kita versi keluarga kami membuat tampilan perdananya ke publik dengan nama Majalah Pecinta Buku.

Saudari Ira, akan menceritakan bagaimana dia jatuh cinta, cemburu, dan patah hati dengan … buku tentunya, ingat dia masih jomblo. Saudari Cili, MENURUTNYA, akan membagikan tips bagaimana cara menambahkan buku yang pasti akan kau cintai ke dalam koleksimu. Sedangkan saudari Bungsu akan mengisahkan kenapa sampai saat ini dia masih dalam tahap pe-de-ka-te dengan buku sementara kakak-kakaknya sudah dalam tahap cinta mati.

KOMANDAN MAMA

(IRA, MERASA TERANIAYA: “Semoga aku dapat jodoh tahun ini, amiin”)

(CILI, TERSINGGUNG: “Kenapa kata menurutnya dicapslock?”

(BUNGSU, BERSUNGUT-SUNGUT: “Aku juga suka membaca, hanya saja aku lebih suka melakukan hal lain”)

SAYA PERNAH MERASAKAN CINTA PERTAMA, CEMBURU, PATAH HATI DAN ACCIDENTALLY LOVE KEPADA BUKU 

Cinta Pertama

 photo sikumbangjadihakim_zpseysdl0o7.jpg

Saya lupa apa buku pertama yang saya baca. Namun, buku-buku pertama yang menemani saya waktu kecil, selain majalah bobo, diantaranya adalah Si Kumbang Jadi Hakim by Kak Alif, Agia Sang Pemersatu by Subagio Madhari, dan Putri Genevova by Ulkiah S.

Saya tidak tahu darimana datangnya buku-buku ini. Ada begitu saja di rak lemari buku. Mungkin ini koleksi punya ayah, atau punya tante, atau punya nenek.

Yang pasti saya suka sekali membaca buku-buku tersebut. Melihat buku-buku lama ini jadi kangen masa kecil.

Dulu buku-buku tipis ini terasa tebal. Dulu buku ini sampai dibaca berulang kali karena tidak ada bacaan lain.

Beda sekali dengan sekarang yang hampir tidak bisa lagi reread sebuah buku karena buku lain masih banyak yang ngantri di timbunan (*´◡`)

Cemburu

 photo kumcer_bobo_zps2dlrh3ii.jpg

Buku kumpulan cerpen bobo ini pernah membuat saya cemburu.

Ceritanya dulu waktu SD, saya punya teman yang ayahnya sering bolak-balik pergi ke Banjarmasin. Setiap pulang, sang ayah selalu membawakannya buku kumpulan cerpen dan dongeng bobo terbaru.

Ahaha, saya masih ingat waktu itu saya cemburu sekali. Berbeda dengannya, bagi keluarga saya, pergi ke kota Banjarmasin, adalah kemewahan yang langka.

Saya baru bisa membeli kumpulan cerpen dan dongeng saya sendiri saat kakak saya mulai kuliah di sana.

Namun, saat itu sudah terlambat. Cerpen dan dongeng saya banyak yang bolong-bolong karena seperti majalahnya, kumpulan cerpen dan dongeng ini tidak pernah dicetak ulang lagi.

Patah Hati

 photo DSC_0049_zpsu7xnca6v.jpg

Dulu saya membaca buku ini dengan judul Intan Batu Bulan. Buku ini merupakan warisan nenek, sudah sangat tua, dan dalam keadaan tidak bersampul

Saya sangat menyukai buku ini. Cerita misterinya seru sekali. Saya yang waktu itu masih kecil, bisa menamatkannya sekali baca.

 Namun, sayangnya, buku ini hilang secara misterius, semisterius hilangnya si intan batu bulan itu sendiri, #tsaaah.

Ketika saya tahu Intan Batu Bulan diterbitkan kembali dengan judul The Moon Stone, saya senang sekali. Lebih senang lagi saat menemukan buku ini di perpustakaan, yang mana langsung saja saya baca untuk Proyek Baca Buku Perpustakaan.

Namun betapa patah hatinya saya saat menemukan ada yang tidak beres dengan kata-kata yang menyusun cerita ini.

Somehow, saya merasa kata-katanya tidak tepat, begitu berbeda dengan apa yang saya baca dulu, begitu berbelit-belit, membuat kalimatnya menjadi tak berarti dan ujung-ujungnya membuat ceritanya jadi tidak menarik lagi. Dan typonya…Ya Tuhan…bertebaran dimana-mana.

Saya tidak berada dalam kapasitas untuk menilai apakah ini karena kesalahan dalam tim penerjemah atau tidak. Tapi saya menduga kuat memang begitulah adanya. Apalagi ketika saya menemukan, Rachel Verinder, salah satu tokoh di dalam buku ini, ditulis dengan “Mbak Verinder” alih-alih “Miss Verinder”. Rasanya saya mau menangis saja.

Saya tidak menghakimi siapapun yang berada dibalik kesalahan-kesalahan ini. Saya hanya ingin mengatakan kalau saya begitu patah hati. Sebagai seorang pembaca yang menemukan buku favorit tuanya yang hilang yang akhirnya  diterjemahkan kembali, harapan saya begitu tinggi, namun….ah sudahlah, saya hanya bisa mengatakan saya begitu patah hati Tuan-Tuan, begitu patah hati.

Accidentally in Love

 photo love_flavour_series_zpshi8afw03.jpg

Saya jarang membaca romance, apalagi romance dari Indonesia.

Bukan karena saya tidak suka, tapi karena biasanya buku romance membuat baper dan saya jadi kena hujan lokal (#^.^#)

Tapi untungnya, buku romance Indonesia covernya pada eye-catching semua. Satu yang menarik perhatian saya adalah The Mint Heart karya Ayuwidya. Buku ini saya pinjam dari perpustakaan dan sukses membuat saya jatuh cinta mendadak dengan buku romance.

Dari buku inilah saya mengenal kalau buku romance Indonesia ternyata juga ada serinya. The Mint Heart merupakan salah satu buku yang ada di seri Love Flavour.

Saya jadi penasaran untuk mencari tahu lebih banyak tentang seri ini. Ternyata, semua buku yang ada di seri tersebut, covernya bagus-bagus. Judul dan sinopsisnya juga menarik minat.

Ketertarikan saya berubah menjadi lebih dari sekedar penasaran. Saya memburu semua buku yang ada di koleksi tersebut. Sedikit susah sebenarnya karena bukunya sudah terbit lumayan lama. Satu demi satu saya akhirnya bisa mendapatkan buku-buku tersebut. Saya bahkan tetap membeli The Mint Heart walaupun sudah membaca bukunya di perpustakaan.

Setelah selesai saya lahap semua, saya akui memang tidak semua bukunya saya suka. Tapi saya tetap begitu terkesan dengan tema rasa cinta yang diangkat oleh seri ini.

Favorit saya tetap The Mint Heart, karena telah membuat saya melek dengan novel romance Indonesia. Setelah itu disusul dengan The Strawberry Surprise yang menurut saya, suprise ala strawberry-nya kena banget. Dan terakhir, saya suka dengan The Vanilla Heart, karena kisah cintanya, semanis vanilla.

So, what’s your love flavour? Mint? Mocha? Coffee? Chocolate? Vanilla? Strawberry?

IRA
(KOMANDAN MAMA, CILI, BUNGSU, SEREMPAK: “Puk-puk, ikut berduka untuk The Moon Stone, tapi jangan lebay kayak gitu deh”)

Tips Mendapatkan Buku yang Pasti Akan Kau Cintai

Lemari buku keluarga kami, memiliki koleksi buku-buku berharga seperti Harry Potter, The Bartimaeus Trilogy, A Walk to Remember, And Then They Were None, The Ring, Laskar Pelangi, Ayat-Ayat Cinta, dan masih banyak lagi yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu. Dengan bangga aku mengatakan kalau keberadaan mereka di koleksi buku keluarga kami ini adalah karena AKU.

Mungkin memang sudah bakatku, setiap kali aku membeli buku, buku yang kubeli selalu bagus. Belum pernah ada yang protes dengan buku-buku yang kubeli. Semuanya sepakat, pokoknya buku yang kubeli pasti seru, dan selalu mendapat kehormatan untuk berada di tempat khusus yang tidak berada di dalam jangkauan anak-anak kecil.

Sejak posisi pejabat pengadaan buku di rumah kami dipegang oleh Ira. Ada banyak buku-buku, yang, maaf, menurutku sama sekali tidak bagus, ikut nangkring di lemari buku kami. Kalian jangan pernah menanyakan apakah sebuah buku bagus atau tidak kepadanya karena dia akan selalu menjawab bagus. Aku heran kenapa dia tidak menulis tentang topik CINTA BUTA terhadap buku.

Sekian dari tips dariku. Semoga bermanfaat.

 CILI

(BUNGSU, BINGUNG: “Aku tidak melihat dimana tipsnya”)

(IRA, NGAMBEK: “Baiklah, aku memang tidak punya indera keenam untuk mengetahui apakah sebuah buku bagus atau tidak!”)

Kenapa Aku Masih dalam Tahap PDKT

Sebagai yang paling muda dalam keluarga ini, aku menjalani masa remaja di saat K-Pop sedang merajalela. Aku jadi ikut terkena demamnya.

Aku sebenarnya suka membaca buku, hanya saja aku lebih suka “menghabiskan waktu” dengan oppa-oppa ganteng itu. Buku yang kubaca pun tidak jauh-jauh dari tema Korea atau Jepang

Sebagai bukti aku suka membaca, aku pernah menamatkan buku nonfiksi tebal yang menceritakan semacam biografi tentang salah satu boyband Korea. Hal yang sampai sekarang belum bisa dilakukan oleh kakak-kakakku yang mengaku sebagai pecinta buku itu.

BUNGSU

(IRA, MEMANDANG HAMPA KE TIMBUNAN: “Entah kapan aku bisa membaca buku itu!”

(KOMANDAN MAMA: “Aku yakin tidak akan pernah membaca buku itu!”

 

Author:

Love book and wanna study abroad to Holland

3 thoughts on “Majalah Pecinta Buku

Leave a comment